Breaking News
Bone,


JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BIMA 1
Jagung Varietas  Bima  1


Deskripsi ;
Jagung varietas BIMA 1 adalah Hibrida silang tunggal dengan umur panen 97 hari.

Tinggi tanaman adalah 215cm dan tinggi letak tongkol 94 cm.

Tipe tongkol slinder dengan panjag tongkol 18 cm.

Biji berwarna kuning dengan type mutiara dan jumlah baris biji 12-14. Bobot 1000 biji sebesar 310g.

Keunggulan Bima 1 adalah agak tahan terhadap bulai (peronoscelospora sp). Bercak daun ( H. tucicium) dan karat daun (puccina sp).

Hasil rata-tata adalah 7.300 kg/ha.
Kerapatan tanaman optimal adalah 70.000 tanaman/ha.
Cocok ditanam di daerah dataran rendah sampai 1.200 m dpl.



JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BIMA 2

DESKRIPSI :
Jagung varietas BIMA 2 adalah Jagung Hibrida silang tunggal dengan umur panen 100 hari.
Tinggi tanaman adalah 200cm dan tinggi letak tongkol 100 cm .
Tipe tongkol slinder dengan panjag tongkol 21 cm.

Biji berwarna kuning dengan type semi mutiara dan jumlah baris biji 12-14. bobot 1000 biji sebesar 378g.

Bima 2 beradapatasi baik pada lahan kurang subur serta agak tahan toleran terhadap bulai (peronoscelospora sp).

Hasil rata-tata adalah 8.510 kg/ha.
Kerapatan tanaman optimal adalah 70.000 tanaman/ha dengan potensi hasil 11.000. 
     



JAGUNG VARIETAS BIMA 3

Jagung varietas BIMA 3 adalah Jagung Hibrida silang tunggal dengan umur panen 100 hari.

Tinggi tanaman adalah 200cm dan tinggi letak tongkol 98 cm .
Tipe tongkol slinder dengan panjag tongkol 21 cm.

Biji berwarna jingga dengan type semi mutiara dan jumlah baris biji 12-14. bobot 1000 biji sebesar 359g.

Bima 3 tahan terhadap bulai (peronoscelospora sp). Dan beradaptasi baik pada lahun subur dan sub-optimal.

Hasil rata-tata adalah 8.270 kg/ha.
Kerapatan tanaman optimal adalah 70.000 tanaman/ha dengan potensi hasil 10.000.



JAGUNG VARIETAS BIMA 4

Jagung varietas BIMA 4 adalah Jagung Hibrida silang tunggal dengan umur panen 102 hari.

Tinggi tanaman adalah 200cm dan tinggi letak tongkol 212 cm . Tipe tongkol slinder dengan panjag tongkol 116 cm tongkol besar panjang (20cm).

Biji berwarna jingga dengan type mutiara dan jumlah baris biji 12-14. bobot 1000 biji sebesar 265,6g.

Bima 4 peka terhadap bulai (peronoscelospora sp). Tetapi tahan terhadap bercak daun (H. turiccum) dan karat daun (puccina sp).

Kandungan nutrisi biji jagung :protein 13,019%, karbohidrat 52,873% dan lemak 4,872%..

Hasil rata-tata adalah 9.600 kg/ha. dan potensi hasil mencapai 10.800 tanaman/ha.



JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BIMA 5

Jagung varietas BIMA 5 adalah Jagung Hibrida silang tunggal dengan umur panen 102 hari.

Tinggi tanaman adalah 212cm dan tinggi letak tongkol 116 cm . Tipe tongkol slinder dengan panjang tongkol 18,2 cm tongkol besar panjang (20cm).

Biji berwarna jingga dengan type mutiara dan jumlah baris biji 12-14. bobot 1000 biji sebesar 270g.

Bima 5 agak peka terhadap bulai (peronoscelospora sp). Tetapi tahan terhadap bercak daun (H. turiccum) dan karat daun (puccina sp).

Kandungan nutrisi biji jagung :protein 13,094%, karbohidrat 56,094% dan lemak 4,136%..

Hasil rata-tata adalah 9.300 kg/ha. dengan potensi hasil 11.400.

Jagung Varietas BISI 2



Asal : F1 dari silang tunggal antara FS 4 dengan FS 9. FS 4 dan FS 9 merupakan tropical inbred yang dikembangkan oleh Charoen Seed Co., Ltd. Thailand dan Dekalb Plant Genetic, USA.

Umur : 50 % keluar rambut : 56 hari
Masak/panen :103 hari

Batang : Tinggi dan tegak
Warna : Hijau
Tinggi tanaman : 232 cm
Daun : Panjang, lebar dan terkulai
Warna : Hijau cerah

Keragaman tanaman : seragam
Perakaran : Baik
Kerebahan : Tahan rebah

Tongkol : Sedang, Silindris, dan seragam
Kedudukan tongkol : Ditengah-tengah batang
Kelobot : Menutup tongkol dengan baik

Biji : setengah mutiara ( semi flint)
Warna : Kuning oranye
Jumlah baris/tongkol : 12-14 baris
Bobot 1000 biji : 265 g

Rata-rata hasil : 8,9 ton/ha pipilan kering
Potensi hasil : 13 t/ha pipilan kering

Ketahanan : Toleran terhadap penyakit bulai dan karat daun
Keterangan : Baik ditanam untuk dataran rendah sampai 1000 m dpl


 JAGUNG VARIETAS BISI 16




Asal : Hibrida modifikasi silang ganda antara hibrida silang tunggal FS 601 dan FS 602

Umur: 50% keluar rambut : Dataran rendah : + 57 hari
Dataran tinggi : + 73 hari

Masak fisiologis : Dataran rendah : + 107 hari
Dataran tinggi : + 135 hari

Batang : Besar, kokoh, tegap
Warna batang : Hijau
Tinggi tanaman : + 224 cm
Daun : Medium, bergelombang, dan agak tegak
Warna daun : Hijau gelap
Keragaman tanaman : Seragam
Perakaran : Baik
Kerebahan : Tahan rebah
Bentuk malai : Sedikit terbuka dan agak tegak
Warna sekam : Ungu
Warna anthera : Ungu kekuningan
Warna rambut : Ungu kemerahan

Tinggi tongkol : + 111 cm
Kelobot : Menutup tongkol cukup baik
Tipe biji : Semi gigi kuda
Warna biji : Oranye kekuningan
Jumlah baris/tongkol : 14 - 18 baris
Bobot 1000 biji : + 336 g

Rata-rata hasil : 9,2 ton/ha pipilan kering
Potensi hasil : 13,4 t/ha pipilan kering

Ketahanan : Tahan terhadap penyakit karat daun dan bercak daun

Daerah pengembangan : Daerah yang sudah biasa menanam jagung hibrida pada musim kemarau dan penghujan, terutama yang mempunyai pola tanam musim jagung serta daerah-daerah pengembangan baru.
Keterangan : Baik ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl

Pemulia : Nasib W.W., Putu Darsana, M.H. Wahyudi, dan Purwoko

Jagung Varietas BISI 12


JAGUNG VARIETAS BISI 12


Asal : F1 Silang tunggal antara Galur murni FS 17 sebagai induk betina dan galur murni FS 10 sebagai induk jantan. FS 17 dan FS 10 dikembangkan oleh Charoen Seeds Co.,Ltd. Thailand

Umur : 50 % keluar rambut : 57 hari
Masak Fisiologis : 99 hari

Batang : Besar, kokoh, dan tegak
Warna : Hijau
Tinggi tanaman : 196 cm
Keragaman Tanaman : Seragam
Perakaran : Baik
Kerebahan : Tahan rebah

Bentuk Malai : Terbuka dan agak terkulai
Warna Anthera : Ungu kekuningan
Sekam : Ungu kehijauan
Warna Rambut : Ungu

Daun : Lebar, bergelombang, dan agak tegak
Warna : Hijau, gelap

Biji : Semi mutiara
Warna : Kuning oranye
Jumlah Baris/tongkol : 12-14 baris
Bobot 1000 biji : 318,9 g

Rata-rata hasil : 8,0 t/ha Pipilan kering
Potensi hasil : 12,4 ton/ha Pipilan kering

Panjang Tongkol : 95 cm
Penutupan Tongkol : Baik

Ketahanan : Sangat tahan terhadap penyakit bulai, dan tahan terhadap penyakit karat daun

Daerah Pengembangan : Sumatera Utara, Jawa Timur, jawa tengah (MK), Lampung dan Jawa Timur (MH)

Keunggulan : Potensi Hasil tinggi,tahan terhadap karat daun, tanah rebah, beradaptasi baik pada musim kemarau di daerah yang cukup tersedia air, dan umur lebih genjah dari BISI-2.

Keterangan : Baik ditanam untuk dataran rendah

Pemulia : Nasib W.W., Putu Darsana, M.H Wahyudi, Setio Giri, Faisol A
BONE INVEST, Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Banyak pendapat dan teori mengenai asal tanaman jagung, tetapi secara umum para ahli sependapat bahwa jagung berasal dari Amerika Tengah atau Amerika Selatan. Jagung secara historis terkait erat dengan suku Indian, yang telah menjadikan jagung sebagai bahan makanan sejak 10.000 tahun yang lalu.

• Teori Asal Asia
Tanaman jagung yang ada di wilayah Asia diduga berasal dari Himalaya. Hal ini ditandai oleh ditemukannya tanaman keturunan jali (jagung jali, Coix spp) dengan famili Aropogoneae.Kedua spesies ini mempunyai lima pasang kromosom. Namun teori ini tidak mendapat banyak dukungan.

• Teori Asal Andean
Tanaman jagung berasal dari dataran tinggi Andean Peru, Bolivia, dan kuador. Hal ini dukung oleh hipotesis bahwa jagung berasal dari Amerika elatan dan jagung Andean mempunyai keragaman genetic yang luas terutama di daratan tinggi peru. kelemahan teori inia adalah ditemukannya kerabat liar seperti teosinte di dataran tinggi tersebut. Mangelsdorf seorang ahli biologi evolusi yang menghususkan perhatian pada tanamn jagung menampik hipotesis ini.

• Teori Asal Meksiko
Banyak ilmuwan percaya bahwa jagung berasal dari Meksiko, karena jagung dan spesies liar jagung teosinte sejak lama ditemukan di daerah tersebut, dan masih ada di habitat asli hingga sekarang. Ini juga mendukung ditemukannya fosil tepung sari dan tongkol jagung dalam gua, dan kedua spesies mempunyai keragaman genetic yang luas. Teosinte dipercaya sebagai nenek moyang tanaman jagung. Jagung telah dibudidayakan di Amerika Tengah mecsiko bagian selatan sekitar 8000 – 10.000 tahun yang lalu.dari penggalian di temukan jagung berukuran kecil, yang diperkirakan usianya mencapai sekitar 7000 tahun. Menurut pendapat beberapa ahli botani teosinte Zea mays spp.sebagai nenek moyang tanaman jagung merupakan tumbuhan liar yang berasal dari lembah sungai Balsas. Lembah di meksiko selatan. Bukti genetic antropologi arkeologi menunjukkan bahwa daerah asal jagung adalah di Amerika Selatan daerah ini jagung tersebar dan di tanam di seluruh dunia.

1.2 Botani Tanaman Jagung
 Klasifikasi Tanaman :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.

Jagung hibrida di ladang.

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).
Dengan demikian,  dapat kita ketahui bahwa jagung berasal dari wilayah amerika selatan dengan bukti-bukti yang cukup kuat atas penemuan fosil jagung tersebut.

Infrastruktur fisik dan sosial adalah dapat didefinisikan sebagai kebutuhan dasar fisik pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor publik dan sektor privat  sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan  agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik Istilah ini umumnya merujuk kepada hal infrastruktur teknis atau fisik yang mendukung jaringan struktur seperti fasilitas antara lain dapat berupa jalan, kereta api, air bersih, bandara, kanal, waduk, tanggul, pengelolahan limbah, perlistrikan, telekomunikasi, pelabuhan secara fungsional, infrastruktur selain fasilitasi akan tetapi dapat pula mendukung kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat, distribusi aliran produksi barang dan jasa sebagai contoh bahwa jalan dapat melancarkan transportasi pengiriman bahan baku sampai ke pabrik kemudian untuk distribusi ke pasar hingga sampai kepada masyarakat. dalam beberapa pengertian, istilah infrastruktur termasuk pula infrastruktur sosial kebutuhan dasar seperti antara lain termasuk sekolah dan rumah sakit. bila dalam militer, istilah ini dapat pula merujuk kepada bangunan permanen dan instalasi yang diperlukan untuk mendukung operasi dan pemindahan.
Dalam kegunaan dalam aplikasi lain, infrastruktur dapat merujuk pada teknologi informasi, saluran komunikasi formal dan informal serta alat-alat pengembangan perangkat lunak, jaringan sosial politik atau kepercayaan pada kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Dalam konseptual gagasan bahwa struktur pengorganisasian merupakan penyediaan infrastruktur dan dukungan untuk sistem atau bagi layanan organisasi seperti dalam sebuah kota, negara, perusahaan, atau kumpulan orang dengan kepentingan umum. Infrastruktur dapat pula mengacu pada sebuah konsep yang dikembangkan oleh Karl Marx berartikulasi dengan suprastruktur. Contoh: infrastruktur manajemen teknologi informasi, infrastruktur penelitian , infrastruktur teroris , infrastruktur pariwisata dll.
(Wikipedia)
AHMAD AGUS



Sapi potong merupakan jenis ternak yang mempunyai nilai jual tinggi diantara ternak‑ternak lainnya. Pada umumnya masyarakat membutuhkan hewan ini dikonsumsi, karena kandungan proteinnya yang tinggi. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut ketersediaan akan daging yang terus meningkat pula, oleh karena itu usaha sapi potong merupakan salah satu usaha yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Usaha penggemukan sapi potong memiliki prospek cerah karena beberapa negara ASEAN kini lebih menyukai sapi potong dari Indonesia. Dalam pemeliharaanpun relatif tidak begitu sulit karena jenis pakan yang dimakan sapi potong biasanya adalah rumput, jerami, bungkil pisang ataupun berbagai jenis dedaunan yang banyak tumbuh disekitar. Dengan ketersediaan padang rumput yang masih sangat luas peluang membuka usaha penggemukan sapi potong masih terbuka lebar. Pada lahan yang tidak begitu luas pun usaha ini masih dapat dilakukan yaitu dengan sistem atau teknik ”kereman”, yaitu suatu cara pemeliharaan dikandang secara terus menerus dalam kurun waktu 4 sampai 12 bulan. Tujuan pemeliharaan sapi dengan cara ini adalah untuk meningkatkan atau menghasilkan daging yang relatif lebih cepat.
Selain menghasilkan daging yang dibutuhkan masyarakat hasil ikutannya pun seperti pupuk kandang, kulit, tulang dan lain sebagainya dapat memberikan pendapatan sampingan. kotoran sapi mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.
Kulit sapi, dapat dijadikan sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket. Tulangnya dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan barang kerajinan atau dibuat makanan seperti sop kaki. Tanduknya dapat digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan sebagainya. Sementara ekornya pun masih dapat dimanfaatkan sebagai makanan khas yaitu sop buntut.

Faktor Keberhasilan Usaha

Keberhasilan usaha penggemukan sapi potong diawali dengan pemilihan bakalan sapi yang akan digemukkan. Terdapat beberapa jenis sapi yang biasa dipilih sebagai bakalan, yaitu:

Sapi Bali

Sapi jenis ini memiliki ciri kulit berwarna merah dengan kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat berwarna putih, punggungnya bergaris warna hitam. Sapi jenis ini memiliki keunggulan dalam beradaptasi yang baik dengan lingkungan yang baru. Menurut Hardjosubroto dan Astuti (1994) adalah bangsa sapi potong lokal asli Indonesia yang terbentuk dari banteng (Bibos banteng) yang telah dijinakkan berabad-abad yang lalu. Sapi Bali mempunyai angka reproduksi yang tinggi, tingkat adaptasi yang sangat baik terhadap kondisi pakan yang jelek dan lingkungan yang panas serta mempunyai % karkas dan kualitas daging bagus (Anonimus, 1985). Kelemahan sapi Bali adalah rentan terhadap penyakit jembrana dan MCF serta tingkat kematian pedet pra sapih yang mencapai 15 sampai 20 % (Anonimus, 1987). Warna bulu merah bata, pada jantan akan menjadi hitam saat dewasa ; ada warna pu-tih dengan batas yang jelas pada bagian belakang paha, pinggiran bibir atas, kaki ba wah mulai tarsus dan carpus ; mempunyai gumba yang bentuknya khas serta terdapat garis hitam yang jelas pada bagian atas punggung (Hardjosubroto, 1994).

Sapi Ongole

Sapi jenis ini memiliki ciri kulit berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah.

Sapi Brahman

Ciri khas sapi Brahman adalah kulit berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala, berpunuk besar dan berkulit longgar, gelambir dibawah leher sampai perut lebar dengan banyak lipatan-lipatan. Telinga panjang menggantung dan berujung runcing. Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia.
Sapi Brahman adalah keturunan sapi Zebu atau Boss Indiscuss. Aslinya berasal dari India kemudia masuk ke Amerika pada tahun 1849 berkembang pesat di Amerika, Di AS, sapi Brahman dikembangkan untuk diseleksi dan ditingkatkan mutu genetiknya. Setelah berhasil, jenis sapi ini diekspor ke berbagai negara. Dari AS, sapi Brahman menyebar ke Australia dan kemudian masuk ke Indonesia pada tahun 1974.

Sapi Madura

Sapi potong lokal asli Indonesia yang terbentuk dari persilangan antara banteng dengan Bos indicus atau sapi Zebu (Hardjosubroto dan Astuti, 1994), yang secara genetik memiliki sifat toleran terhadap iklim panas dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan caplak (Anonimus, 1987). Karak-teristik sapi Madura sudah sangat seragam, yaitu bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan kuat, bulu berwarna merah bata agak kekuningan tetapi bagian perut dan paha sebelah dalam berwarna putih dengan peralihan yang kurang jelas; bertanduk khas dan jantannya bergumba (Hardjosubroto, 1994).

Sapi Limousin

Sapi jenis ini memiliki ciri kulit berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik. Bangsa Bos turus (Talib dan Siregar, 1999), dikembang-kan pertama di Perancis, merupakan tipe sapi pedaging dengan perototan yang lebih baik dari Simmental, warna bulu coklat tua kecuali disekitar ambing berwarna putih serta lutut kebawah dan sekitar mata berwarna lebih muda (Anonimus, 2002b).

Sapi Simmental

Bangsa Bos taurus (Talib dan Siregar, 1999), berasal dari daerah Simme di negara Switzerland tetapi sekarang berkembang lebih cepat di benua Eropa dan Amerika, merupakan tipe sapi perah dan pedaging, warna bulu coklat kemerahan (merah bata), dibagianmuka dan lutut kebawah serta ujung ekor ber warna putih, sapi jantan dewasanya mampu mencapai berat badan 1150 kg sedang betina dewasanya 800 kg (Anonimus, 2002b).
Secara genetik, sapi Simmental atau Limousin adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi danmetabolic rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur (Anonimus, 2002b) ; sedangkan sapi Ongole adalah tipe sedang yang berasal dari daerah beriklim panas, merupakan sapi tipe kecil sampai sedang sehingga dapat dikembangkan pada kondisi tatalaksana pemeliharaan yang ekstensif (Atmadilaga, 1983).
Pemeliharaan sapi sistem kereman, bila dilakukan sesuai anjuran akan memberikan manfaat ekenomi yang besarnya. Pemeliharaan sapi kereman yang baik selain menghasilkan daging yang bermutu tinggi juga menghasilkan pupuk yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Pencegahan terhadap penyakit dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan.

Faktor Kritis Keberhasilan Usaha

Faktor-faktor kritis yang harus diperhatikan dalam usaha pengemukan domba diantaranya adalah:
  • pencarian bibit yang berkualitas,
  • penyediaan pakan (baik konsentrat, maupun hijauan),
  • pengelolaan yang tidak fokus (hanya sambilan),
  • pengadministrasian proses penggemukan,
  • penanggulangan penyakit.
Beberapa jenis penyakit yang sering terjadi pada sapi potong diantaranya adalah:
  • Anthrax (radang limpa)
  • Penyakit mulut
  • Penyakit surra
  • Penyakit radang paha
  • Penyakit Bruccellosis (keguguran menular)
  • Kuku busuk (foot ror)
  • Cacing hati, Cacing perut.

Cara Menjalankan Usaha

1. Memilih Bakalan

Memilih bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman, Ciri-ciri bakalan yang baik adalah:
  • Berumur di atas 2,5 tahun.
  • Jenis kelamin jantan.
  • Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170 cm tinggi, pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm.
  • Tubuh kurus (bukan karena penyakit), tulang menonjol dan sehat.
  • Mata cerah dan bulu halus.
  • Kotoran normal

2. Kandang

Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak.
Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan.

3. Pakan

Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dalam mulut dengan bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah melewati rumen.
Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat.
Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi.

Klik untuk informasi lebih rinci...

4. Pengendalian Penyakit

Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
  • Pemanfaatan kandang karantina. Sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.
  • Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya. Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.
  • Vaksinasi untuk bakalan baru. Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax. Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain.

5. Produksi Daging

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging adalah:
  • Pakan
    Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus memberikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat.
  • Faktor Genetik
    Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi.
  • Jenis Kelamin.
    Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar.
  • Manajemen
    Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi tumbuh dengan sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi lebih singkat.

Aspek Legalitas

Legalitas untuk budidaya penggemukan sapi potong/pedaging relatif mudah, sebab untuk tahap awal tidak membutuhkan aspek legal yang lengkap. Sebagai bentuk hubungan dalam masyarakat, maka sebaiknya diperoleh ijin kepada tetangga terdekat dan Kepala Dusun.
Namun Apabila usaha sudah berkembang maka aspek legal (ijin-ijin usaha) harus sudah mulai dilengkapi. perijinan tersebut diantaranya adalah:
  • Surat Ijin Tempat Usaha (SITU),
  • Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP),
  • Tanda Daftar Perusahaan (TDP),
  • Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
  • Akte Pendirian Perusahaan melalui Notaris dan lainnya sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Analisa Usaha Budidaya Penggemukan Sapi Potong

  • Analisis Usaha Penggemukan Sapi Bali dan Pengolahan Hasil Limbah Sebagai Pupuk Organik Padat dan Cair · 
DINAS KELAUTAN & PERIKANAN
Alamat Kantor: Jl. Kalimantan
Telepon: 08124180884

Status Ancaman
Berdasarkan hasil survey Pusat Studi Terumbu Karang(PSTK) Unhas tahun 2000, kondisi terumbu karang  di Kepulauan Sembilan Teluk Bone adalah dalam kondisi rusak sampai sedang dengan rata-rata penutupan karang hidup sebesar 30%. Disamping itu Kesemrawutan pengelolaan rumput laut di Kelurahan Pallete meruapakan ancaman yang cukup serius di masa datang terkait buruknya pengelolaan rumput laut jika tidak ditertibkan.
Menjamurnya usaha rumput laut di kabupaten Bone dismaping memberikan dampak positif juga memberikan efek negative yang cukup besar dimana dapat mengurangi keindahan wisata dikawasan Tanjung pallete.
Disisi lain, keberadaan rumput laut yang tidak teratur juga dapat menganggu perhubungan laut, sebab nelayan dinilai juga melewati jalur tersebut yang pastinya akan menghalangi jalur transportasi keluar masuknya kapal penangkap ikan.

Daerah perlindungan laut
Dalam upaya mencapai pemanfaatan secara optimal dan berkelanjutan dalam pengelolaan perikanan yang menjamin kelestarian sumber daya ikan dan lingkungan di seluruh Indonesia, Menteri Kelautan dan Perikanan keluarkan Peraturan Menteri nomor PER.01/MEN/2009 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI). Peraturan ini sebagai penyempurnaan dan mengganti Keputusan Menteri Pertanian No.996/Kpts/IK.210/9/1999 tentang Potensi Sumber Daya Ikan dan Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan.
Upaya ini adalah merupakan langkah maju dalam menerapkan ketentuan internasional Code of Conduct for Responsible Fisheries, atau Tatanan Pengelolaan Perikanan yang Bertanggungjawab atau Berkelanjutan.
Untuk menyempurnakan manajemen pemanfaatan perairan itulah maka dilakukan penentuan Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI) di seluruh Indonesia dari 9 WPP menjadi 11 WPP, yakni merupakan wilayah pengelolaan perikanan untuk penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, konservasi, penelitian, dan pengembangan perikanan yang meliputi perairan pedalamanan, perairan kepulauan, laut teritorial, zona tambahan, dan zona ekonomi eksklusif Indonesia. WPP-RI 713 meliputi perairan Selat Makasar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali.

Mata Pencaharian

Karena secara garis besar Kabupaten Bone meliputi kebun dan sawah, maka pada umumnya masyarakatnya memiliki mata pencaharian sebagai petani, disamping itu berkebun, dan sisnya da juga yang menjadi nelayan.

Pelabuhan

Transportasi alaut di Kabupaten Bone sebagian besar kapasitasnya merupakan perhubungan laut antar pulau yang didukung oleh 5 dermaga yaitu : 1 dermaga pelabuhan Bajoe pelabuhan Taneteriattang Timur untuk pelabuhan kapal, dan 4 pelabuhan perahu motor yaitu pelabuhan Pallime Cenrana, Pelabuhan Kading Barebbo, Pelabuhan Ujung Pattiro Sibulue, dan Pelabuhan Uloe Dua Boccoe dan 3 pelabuhan perahu lainnya. Karakteristik pergerakan modal laut disemua pelabuahan kebanyakan merupakan kapal barang antar pulau yang umumnya memuat hasil bumi dan olahan dari dan ke Kabupaten Bone.
Komoditas Unggulan
Potensi bidang perikanan di kabupaten Bone memberikan peluang yang sangat besar bagi investor, khususnya pada 11 kecamatan di sepanjang pesisir Teluk Bone. Wilayah penangkapan ikan disekitar Teluk Bone mencapai 127 km panjang pantai hingga puluhan mil ke tengah laut dengan produksi pada tahun 2001 sebesar 68.384,2 ton, perairan umum sebesar 859,5 ton, rawa/kolam/empang dan sungai dengan areal seluas 1.824 Ha dengan produksi 12.407,1 ton.

Rumput Laut

Produksi dan budidaya Rumput Laut untuk jenis Cattoni, berada dalam areal pesisir pantai yalah teringgi  5.765 ton/tahun dan terendah 1.250 ton. Sedangkan untuk jenis Gracilaria dapat dicapai 18.243 ton/tahun dengan luas areal budidaya 2.128 Ha Tambak.

Kepiting

Wilayah Kecamatan dengan penghasil kepiting di Kabupaten Bone, secara umum berada pada wilayah Kecamatan pesisir pantai, yakni Kecamatan Cenrana, Awangpone Barebbo, Cina, Tonra dan Kajuara. Jenis Kepiting yang menjadi andalan ialah Kepiting Bakau, disamping terdapat jenis kepiting yang juga sudah menjadi perhatian budidaya khusus untuk kebutuhan eksport yakni kepiting lunak (soka). Jumlah produksi Kepiting rata-rata mencapai 1.520 ton/tahun.
Ikan Bandeng
Produksi ikan Bandeng di Kabupaten Bone rata-rata pertahun ialah sebanyak 46.754 ton/tahun dengan luas areal tambak 3.356 Ha.
Potensi perikanan diatas dapat dirinci menurut jenis produksi, antara lain:
  1. Udang : luas areal budidaya 4.089 Ha dengan jumlah produksi 4.318 ton
  2. Kepiting Bakau : luas areal 2.189 Ha dengan jumlah produksi 2.061 ton.
  3. Bandeng : luas areal 3.520 Ha dengan jumlah produksi 4.964 ton.
  4. Rumput laut : luas areal 1.145 Ha dengan jumlah produksi 3.821,5 ton.
  5. Produksi perikanan laut/perairan umum sebesar 73.763,5 ton ikan campuran yang sebahagian besar ikan tuna.
Peluang investasi
  1. Pengembangan Udang Sitto, Udang galah dan kepiting Bakau di Kecamatan Cenrana Tellusiattinge, Awangpone, Tonra, Salomekko, Sibulue dan Kajuara.
  2. Budidaya rumput laut di sepanjang pantai dan pesisir Teluk Bone.
  3. Pengolahan/Pengawetan ikan dan biota perairan lainnya.
  4. Sarana penunjang (Pembenihan ikan/udang dan TPI).
Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Potensi tersebut terdiri atas panjang pantai 130,45 km dengan produksi perikanan laut sebesar 67.8661,6 ton, potensi tambak seluas 11.475,9 ha dengan produksi sebesar 14.896,2 ton, potensi budidaya kolam seluas 1.818,5 ha dengan produksi sebesar 81,1 ton dan potensi periaran umum 766 ha dengan produksi sebesar 860,5 ton serta potensi Hutan Mangrove seluas 1.528, 40 ha. Selain itu terdapat 19 sungai besar yang dikelola oleh PU Pengairan Kabupaten Bone. Aspek sumberdaya alam yang mendukung potensi pengembangan perikanan laut lainnya yang dimiliki Kabupaten Bone adalah wilayah Pantai Teluk Bone. Penangkapan ikan Tuna/Cakalang di wilayah ini cukup potensial terutama pada puncak musim antara Juli – September. Adapun potensi sumberdaya alam laut yang terdapat di perairan Kabupaten Bone berdasarkan volume dan nilai produksinya sebagai berikut.
Tabel 1. Potensi Sumberdaya Alam Laut Kanupaten Bone Tahun 2011/2012

B. Sektor Perikanan Kabupaten Bone
Sektor perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi potensial dan dapat memberikan peranan terhadap perekonomian Kabupaten Bone. Laju pertumbuhan ekonomi sektor perikanan selama periode 2007-2011 menunjukkan peningkatan positif, pada tahun 2007 sebesar 8,67% menjadi 9,44 % pada tahun 2011 menurut harga konstant. Namun demikian potensi sumberdaya perikanan di Kabupaten Bone belum dimanfaatkan secara merata dan optimal karena upaya pembangunan yang dilakukan pada sektor perikanan di Kabupaten Bone memiliki keterbatasan dalam kualitas sumberdaya manusia, lemahnya permodalan dan penguasaan teknologi, dukungan sarana dan prasarana serta kebijakan pengembangan perikanan padahal sektor perikanan dapat memberikan peranan yang berarti dalam pembangunan wilayah.
Tabel 2.  Laju Pertumbuhan Sekor Perikanan Kabupaten Bone Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2011
Tahun
PDRB (Juta Rp)
Laju Pertumbuhan (%)
2007
66425,96
8,67
2008
72603,37
9,3
2009
79356,59
9,3
2010
80020,46
0,84
2011
87573,99
9,44
Sumber: Kantor Statistik Kabupaten Bone Tahun 2011
C. Potensi Sumberdaya Perikanan Kabupaten Bone
Kabupaten Bone memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup melimpah. Namun, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat Kabupaten Bone. Kabupaten Bone merupakan penghasil produksi perikanan yang ketiga yang tertinggi di Sulawesi Selatan. Potensi sumberdaya perikanan diharapkan dapat meningkatkan perolehan devisa, pendapatan wilayah dan peningkatan lapangan kerja di Kabupaten Bone.
Tabel 3. Potensi dan realisasi areal sumberdaya perikanan di kabupaten Bone 2012

1. Budidaya Laut
Kegiatan budidaya ikan dilaut di Kabupaten Bone merupakan kegiatan yang belum berkembang, dilain pihak berdasarkan potensinya memungkinkan untuk dilakukan karena memiliki panjang garis pantai 130,45 km yang tersebar pada 10 Kecamatan di Kabupaten Bone.
2. Budidaya Tambak
Potensi areal tambak di Kabupaten Bone sekitar 11.475,9 ha dan telah dikelola sampai pada tahun 2011 seluas 9810 ha. Adapun peruntukan pengelolaan budidaya tambak terdiri atas : Budidaya Udang 3299 ha, Budidaya Kepiting 2250 ha, Rumput Laut 741 ha, Udang dan Bandeng 3520 ha.
3. Budidaya Perairan Umum
Potensi perairan umum Kabupaten Bone seluas 76 ha, dimana pada umumnya belum dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya perikanan. Pemanfaatan perairan umum tersebut masih mengarah kepada usaha penangkapan ikan di bendungan, sungai, rawa, dan genangan air lainnya.
4. Budidaya Kolam
Potensi areal budidaya kolam di Kabupaten Bone seluas 1818,5 ha dan telah dikelola seluas 156,4 ha yang pada umumnya di manfaatkan untuk budidaya ikan Mas, ikan Mujair, dan ikan Lele yang tersebar pada 10 Kecamatan di Kabupaten Bone.
5. Budidaya Ikan Sawah (Mina Padi)
Kegiatan budidaya ikan di sawah di Kabupaten Bone merupakan kegiatan yang belum banyak dilakukan oleh masyarakat petani ikan. Berdasarkan potensinya memiliki peluang pengembangannya karena tersedia sawah beririgasi seluas 31.644 ha.
D. Perkembangan Produksi Perikanan dan Kelautan
Tabel 4. Perkembangan Produksi Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Bone Tahun 2007-2012
No.
Sumberdaya
2007
2008
2009
2010
2011
2012
1.
Penangkapan







a. Laut
47.136,00
52.652,20
66.344,70
66.396,30
66.407,20
67.361,60

b. Perairan Umum
596,3
606,8
836,2
858,2
859,2
860,5
2.
Budidaya







a. Tambak
12.690,30
14.420,20
17.350
13.932
14.480,20
14.896,20

b. Kolam
49,6
50,6
72,9
80,2
81,1
81,1

Jumlah
60.472,20
67.729,80
84.603,80
81.266,70
81.827,70
83.199,40
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bone
Tabel 5. Volume dan Nilai Perikanan Tahun 2012 Kabupaten Bone

E. Armada Perikanan dan Alat tangkap Perikanan
Banyaknya produksi perikanan terutama perikanan laut sangat tergantung pada armada dan alat tangkap ikan yang digunakan. Jenis armada perikanan yang digunakan adalah perahu tanpa moor, motor tempel, dan kapal motor. Khusus untuk perikanan laut, kapal motor merupakan sarana yang paling baikn karena dapat menjangkau lebih jauh dari pantai yang umumnya terdapat banyka ikan, sedangkan motor tempel apalagi perahu tanpa motor kemampuannya sangat terbatas hanya beberapa mil dari pantai.
Tabel 6. Perkembangan Jumlah Armada Perikanan di Kabupaten Bone Tahun 2007-2012
Tahun
Perahu Tanpa Motor
Perahu Motor Tempel
Kapal Motor
Total
Kecil
Sedang
2007
542
241
280
1489
2438
2008
542
241
328
1492
2510
2009
542
241
360
1496
2538
2010
562
241
360
1470
2595
2011
565
247
305
1472
2569
2012
686
328
491
1480
2985
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bone
Jumlah alat tangkap ikan di Kabupaten Bone meningkat seperti halnya dengan produksi perikanan dan armada penangkap ikan. Hal ini disebabkan karena sektor perikanan memberikan kesempatan untuk bekerja, sehingga kegiatan mengarah ke sektor ini.
Tabel 7. Perkembangan alat tangkap ikan di Kabupaten Bone Tahun 2007-2012
Jenis Alat Tangkap
2007
2008
2009
2010
2011
2012
1. Payang
381
381
381
384
384
389
2. Sero
497
497
498
501
501
504
3. Pukat Pantai
414
416
416
422
424
428
4. Purse Seine
74
74
80
82
82
86
5. Jaring Insang Tetap
850
852
852
857
857
861
6. Jaring Klitik
125
125
126
128
128
131
7. Bagan Apung
150
150
151
154
154
156
8. Pole and line
158
158
160
160
160
164
9. Rawai Tetap
228
240
252
262
262
265
10. Bubu
88
96
102
124
130
138
11. Jaring Lingkar
310
310
310
312
312
319
12. Pancing Tonda
2072
2064
2068
2068
2071
2071
13. Hold Line
301
301
301
301
305
305
14. Rawai Hanyut Lainnya
230
230
234
234
232
232
15. Bagan Tancap
191
191
191
191
192
239
16. Rumpon
332
336
336
336
337
337
17. Gillnet
72
72
76
76
80
80
Jumlah
6529
6549
6580
6631
6655
6743
F. Rumah Tangga Perikanan
Perkembangan RTP di Kabupaten Bone selama 2007-2012 mengalami peningkatan ini diduga karena kegiatan perikanan di Kabupaten Bone memberikan kesempatan bekerja dibidang perikanan dan memberi harapan untuk mendapatkan keuntungan.
Tabel 8. Perkembangan Jumlah RTP di Kabupaten Bone Tahun 2007-2012
Tahun
Laut
Perairan Umum
Kolam
Tambak
Jumlah
2007
2901
222
402
1704
5229
2008
3808
228
404
2168
6608
2009
3811
246
404
2168
6629
2010
3811
246
404
2451
6912
2011
3820
250
405
2452
6927
2012
3856
254
415
2455
6980
Jumlah
22007
1446
2434
13398

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bone 2012
G. Pemasaran Hasil Perikanan
Secara umum pemasaran hasil perikanan di Kabupaten Bone merupakan rantai yang panjang. Sebelum sampai ke tangan konsumen terlebih dahulu melewati berbagai rantai tataniaga, keadaan ini menyebabkan timbulnya perbedaan penerimaan yang besar antara pihak produsen (nelayan) dengan pedagang. Rantai tataniaga ini juga mengurangi efisiensi dan efektifitas pemasaran. Pemasaran hasil-hasil perikanan terutama produk ikan basah mempunyai rantai tataniaga yang berbeda-beda, namun secara garis besar rantai tataniaga tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar. Sistem Tataniaga Ikan Basah (Dinas Kabupaten Bone)
Produksi perikanan Kabupaten Bone selain dipasarkan secara lokal untuk konsumsi masyarakat, juga sebagian dipasarkan keluar Kabupaten yang diperkirakan 50-60% dari total produksi atau sekitar 51053,6 ton. Adapun komoditas perikanan yang dipasarkan keluar Kabupaen Bone antara lain ikan Tuna, Cakalang, Udang Windu, Udang Putih, Kepiting, Rajungan, Kepiting Bakau, Cumi-cumi, Ekor Kuning, ikan Karang, ikan Kakap, dan Tenggiri.