Prospek Usaha Penggemukan Sapi Potong
Sapi potong merupakan jenis ternak yang mempunyai nilai jual tinggi diantara ternak‑ternak lainnya. Pada umumnya masyarakat membutuhkan hewan ini dikonsumsi, karena kandungan proteinnya yang tinggi. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut ketersediaan akan daging yang terus meningkat pula, oleh karena itu usaha sapi potong merupakan salah satu usaha yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Usaha penggemukan sapi potong memiliki
prospek cerah karena beberapa negara ASEAN kini lebih menyukai sapi
potong dari Indonesia. Dalam pemeliharaanpun relatif tidak begitu sulit
karena jenis pakan yang dimakan sapi potong biasanya adalah rumput,
jerami, bungkil pisang ataupun berbagai jenis dedaunan yang banyak
tumbuh disekitar. Dengan ketersediaan padang rumput yang masih sangat
luas peluang membuka usaha penggemukan sapi potong masih terbuka lebar.
Pada lahan yang tidak begitu luas pun usaha ini masih dapat dilakukan
yaitu dengan sistem atau teknik ”kereman”,
yaitu suatu cara pemeliharaan dikandang secara terus menerus dalam kurun
waktu 4 sampai 12 bulan. Tujuan pemeliharaan sapi dengan cara ini
adalah untuk meningkatkan atau menghasilkan daging yang relatif lebih
cepat.
Selain menghasilkan daging yang
dibutuhkan masyarakat hasil ikutannya pun seperti pupuk kandang, kulit,
tulang dan lain sebagainya dapat memberikan pendapatan sampingan.
kotoran sapi mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik
yang dibutuhkan semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber
hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur
dan subur.
Kulit sapi, dapat dijadikan sebagai
bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket. Tulangnya dapat
diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan barang
kerajinan atau dibuat makanan seperti sop kaki. Tanduknya dapat
digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan
sebagainya. Sementara ekornya pun masih dapat dimanfaatkan sebagai
makanan khas yaitu sop buntut.
Faktor Keberhasilan Usaha
Keberhasilan usaha penggemukan sapi
potong diawali dengan pemilihan bakalan sapi yang akan digemukkan.
Terdapat beberapa jenis sapi yang biasa dipilih sebagai bakalan, yaitu:
Sapi Bali
Sapi jenis ini memiliki ciri kulit
berwarna merah dengan kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat berwarna
putih, punggungnya bergaris warna hitam. Sapi jenis ini memiliki
keunggulan dalam beradaptasi yang baik dengan lingkungan yang baru.
Menurut Hardjosubroto dan Astuti (1994) adalah bangsa sapi potong lokal
asli Indonesia yang terbentuk dari banteng (Bibos banteng) yang telah
dijinakkan berabad-abad yang lalu. Sapi Bali mempunyai angka reproduksi
yang tinggi, tingkat adaptasi yang sangat baik terhadap kondisi pakan
yang jelek dan lingkungan yang panas serta mempunyai % karkas dan
kualitas daging bagus (Anonimus, 1985). Kelemahan sapi Bali adalah
rentan terhadap penyakit jembrana dan MCF serta tingkat kematian pedet
pra sapih yang mencapai 15 sampai 20 % (Anonimus, 1987). Warna bulu
merah bata, pada jantan akan menjadi hitam saat dewasa ; ada warna
pu-tih dengan batas yang jelas pada bagian belakang paha, pinggiran
bibir atas, kaki ba wah mulai tarsus dan carpus ; mempunyai gumba yang
bentuknya khas serta terdapat garis hitam yang jelas pada bagian atas
punggung (Hardjosubroto, 1994).
Sapi Ongole
Sapi jenis ini memiliki ciri kulit
berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir
dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan
dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya
sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah.
Sapi Brahman
Ciri
khas sapi Brahman adalah kulit berwarna coklat hingga coklat tua,
dengan warna putih pada bagian kepala, berpunuk besar dan berkulit
longgar, gelambir dibawah leher sampai perut lebar dengan banyak
lipatan-lipatan. Telinga panjang menggantung dan berujung runcing. Daya
pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di
Indonesia.
Sapi Brahman adalah keturunan sapi Zebu
atau Boss Indiscuss. Aslinya berasal dari India kemudia masuk ke Amerika
pada tahun 1849 berkembang pesat di Amerika, Di AS, sapi Brahman
dikembangkan untuk diseleksi dan ditingkatkan mutu genetiknya. Setelah
berhasil, jenis sapi ini diekspor ke berbagai negara. Dari AS, sapi
Brahman menyebar ke Australia dan kemudian masuk ke Indonesia pada tahun
1974.
Sapi Madura
Sapi potong lokal asli Indonesia yang
terbentuk dari persilangan antara banteng dengan Bos indicus atau sapi
Zebu (Hardjosubroto dan Astuti, 1994), yang secara genetik memiliki
sifat toleran terhadap iklim panas dan lingkungan marginal serta tahan
terhadap serangan caplak (Anonimus, 1987). Karak-teristik sapi Madura
sudah sangat seragam, yaitu bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan kuat,
bulu berwarna merah bata agak kekuningan tetapi bagian perut dan paha
sebelah dalam berwarna putih dengan peralihan yang kurang jelas;
bertanduk khas dan jantannya bergumba (Hardjosubroto, 1994).
Sapi Limousin
Sapi jenis ini memiliki ciri kulit
berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat
warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai
tingkat produksi yang baik. Bangsa Bos turus (Talib dan Siregar, 1999),
dikembang-kan pertama di Perancis, merupakan tipe sapi pedaging dengan
perototan yang lebih baik dari Simmental, warna bulu coklat tua kecuali
disekitar ambing berwarna putih serta lutut kebawah dan sekitar mata
berwarna lebih muda (Anonimus, 2002b).
Sapi Simmental
Bangsa Bos taurus (Talib dan Siregar,
1999), berasal dari daerah Simme di negara Switzerland tetapi sekarang
berkembang lebih cepat di benua Eropa dan Amerika, merupakan tipe sapi
perah dan pedaging, warna bulu coklat kemerahan (merah bata),
dibagianmuka dan lutut kebawah serta ujung ekor ber warna putih, sapi
jantan dewasanya mampu mencapai berat badan 1150 kg sedang betina
dewasanya 800 kg (Anonimus, 2002b).
Secara genetik, sapi Simmental atau
Limousin adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin,
merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, voluntary
intake (kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan yang sebenarnya)
yang tinggi danmetabolic rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana
pemeliharaan yang lebih teratur (Anonimus, 2002b) ; sedangkan sapi
Ongole adalah tipe sedang yang berasal dari daerah beriklim panas,
merupakan sapi tipe kecil sampai sedang sehingga dapat dikembangkan pada
kondisi tatalaksana pemeliharaan yang ekstensif (Atmadilaga, 1983).
Pemeliharaan sapi sistem kereman,
bila dilakukan sesuai anjuran akan memberikan manfaat ekenomi yang
besarnya. Pemeliharaan sapi kereman yang baik selain menghasilkan daging
yang bermutu tinggi juga menghasilkan pupuk yang dapat dipergunakan
untuk memperbaiki kesuburan tanah. Pencegahan terhadap penyakit dapat
dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan.
Faktor Kritis Keberhasilan Usaha
Faktor-faktor kritis yang harus diperhatikan dalam usaha pengemukan domba diantaranya adalah:
- pencarian bibit yang berkualitas,
- penyediaan pakan (baik konsentrat, maupun hijauan),
- pengelolaan yang tidak fokus (hanya sambilan),
- pengadministrasian proses penggemukan,
- penanggulangan penyakit.
Beberapa jenis penyakit yang sering terjadi pada sapi potong diantaranya adalah:
- Anthrax (radang limpa)
- Penyakit mulut
- Penyakit surra
- Penyakit radang paha
- Penyakit Bruccellosis (keguguran menular)
- Kuku busuk (foot ror)
- Cacing hati, Cacing perut.
Cara Menjalankan Usaha
1. Memilih Bakalan
Memilih bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman, Ciri-ciri bakalan yang baik adalah:
- Berumur di atas 2,5 tahun.
- Jenis kelamin jantan.
- Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170 cm tinggi, pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm.
- Tubuh kurus (bukan karena penyakit), tulang menonjol dan sehat.
- Mata cerah dan bulu halus.
- Kotoran normal
2. Kandang
Secara umum, kandang memiliki dua tipe,
yaitu individu dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi
menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini dapat memacu
pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam
mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi
yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi
daging tidak hilang karena banyak bergerak.
Pada kandang kelompok, bakalan dalam
satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi
memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan
tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan
sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang
lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan.
3. Pakan
Berdasarkan kondisi fisioloigis dan
sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia, karena
pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dalam mulut
dengan bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen dengan
bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah melewati rumen.
Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan
dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil
yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat.
Konsentrat yang digunakan adalah ampas
bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas
dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi
pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen,
mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan
(dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang
digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan
rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah,
setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi.
Klik untuk informasi lebih rinci...
4. Pengendalian Penyakit
Dalam pengendalian penyakit, yang lebih
utama dilakukan adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena
penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya
keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang dapat
dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
- Pemanfaatan kandang karantina. Sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.
- Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya. Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.
- Vaksinasi untuk bakalan baru. Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax. Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain.
5. Produksi Daging
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging adalah:
- Pakan
Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus memberikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat.
- Faktor Genetik
Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi.
- Jenis Kelamin.
Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar.
- Manajemen
Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi tumbuh dengan sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi lebih singkat.
Aspek Legalitas
Legalitas untuk budidaya penggemukan
sapi potong/pedaging relatif mudah, sebab untuk tahap awal tidak
membutuhkan aspek legal yang lengkap. Sebagai bentuk hubungan dalam
masyarakat, maka sebaiknya diperoleh ijin kepada tetangga terdekat dan
Kepala Dusun.
Namun Apabila usaha sudah berkembang
maka aspek legal (ijin-ijin usaha) harus sudah mulai dilengkapi.
perijinan tersebut diantaranya adalah:
- Surat Ijin Tempat Usaha (SITU),
- Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP),
- Tanda Daftar Perusahaan (TDP),
- Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
- Akte Pendirian Perusahaan melalui Notaris dan lainnya sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Analisa Usaha Budidaya Penggemukan Sapi Potong
- Analisis Usaha Penggemukan Sapi Bali dan Pengolahan Hasil Limbah Sebagai Pupuk Organik Padat dan Cair ·
Tidak ada komentar: